SINURBERITA.COM || NGAWI – Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) 235 Universitas Sebelas Maret yang bertugas di Desa Puhti, Kecamatan Karangjati, Kabupaten Ngawi, sukses melaksanakan program kerja unggulan berupa edukasi, perakitan, dan demonstrasi alat penebar pupuk sederhana untuk membantu petani meningkatkan efisiensi kerja di sektor pertanian. Program ini merupakan bentuk nyata penerapan teknologi tepat guna yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, dan potensi masyarakat desa.
Desa Puhti dikenal sebagai salah satu sentra pertanian di wilayah Kecamatan Karangjati. Sebagian besar warganya bekerja sebagai petani padi, jagung, dan tanaman palawija lainnya. Namun, dalam praktiknya, kegiatan pemupukan masih dilakukan secara manual dengan menabur pupuk menggunakan tangan. Cara ini memerlukan tenaga dan waktu yang cukup besar, serta sering kali menghasilkan penebaran yang tidak merata. Ketidakteraturan dalam pemberian pupuk dapat berdampak pada pertumbuhan tanaman dan berpotensi mengurangi hasil panen.
Melihat permasalahan tersebut, tim KKN 235 UNS terinspirasi untuk menghadirkan solusi praktis berupa alat penebar pupuk sederhana. Inovasi ini tidak hanya bertujuan menghemat waktu dan tenaga petani, tetapi juga membantu mengatur dosis dan sebaran pupuk agar lebih merata, sehingga efisiensi penggunaan pupuk dapat meningkat.
Kegiatan sosialisasi dan demonstrasi dilaksanakan dikediaman Agus Widodo, S.Pd., selaku Sekretaris Desa Puhti pada hari Minggu, 3 Agustus 2025. Acara dibuka oleh Bapak Agus Widodo, S.Pd., yang menyampaikan apresiasi kepada mahasiswa KKN atas kontribusinya dalam mendukung kemajuan sektor pertanian desa.
“Kami menyambut baik program ini karena benar-benar menjawab kebutuhan petani di lapangan. Teknologi seperti ini mudah dipahami, murah dibuat, dan sangat bermanfaat,” ujarnya dalam sambutan.
Setelah sesi pembukaan, tim KKN memaparkan konsep teknologi tepat guna serta menjelaskan alasan pemilihan alat penebar pupuk sebagai fokus kegiatan. Mereka juga mempresentasikan desain dan bahan pembuatan alat, yang sebagian besar menggunakan material sederhana seperti pipa PVC, wadah pupuk, dan mekanisme tuas atau roda yang bisa dirakit sendiri oleh petani. Biaya pembuatan alat ini relatif murah, sehingga petani tidak perlu bergantung pada pembelian mesin modern yang harganya mahal.
Demonstrasi penggunaan alat kemudian dilakukan di lahan sawah percontohan milik warga desa. Mahasiswa menunjukkan langkah-langkah pengoperasian, mulai dari pengisian pupuk, pengaturan ukuran lubang keluaran, hingga teknik berjalan untuk memastikan sebaran pupuk merata. Beberapa petani bahkan memberikan masukan terkait desain alat agar lebih ergonomis dan sesuai dengan kebiasaan kerja mereka di sawah.
Salah satu petani, Bapak Irfan, mengungkapkan rasa senangnya atas inovasi ini. “Terimakasih untuk adik- adik KKN, dengan alat yang diajukan dalam program kerja kali ini sangat bermanfaat untuk saya khususnya petani tembakau, sehingga mengaplikasikan pupuk di tanaman tembakau menjadi lebih mudah,” ujarnya sambil tersenyum.
Inovasi alat penebar pupuk sederhana ini dinilai relevan dengan visi Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin 2 (Zero Hunger) yang menargetkan peningkatan produktivitas pertanian, dan poin 8 (Decent Work and Economic Growth) yang mendorong pertumbuhan ekonomi lokal melalui peningkatan efisiensi kerja. Selain itu, inovasi ini juga mendukung poin 12 (Responsible Consumption and Production) dengan meminimalkan pemborosan pupuk dan menjaga kelestarian tanah.
Dengan berakhirnya kegiatan ini, tim KKN berharap alat penebar pupuk sederhana dapat menjadi salah satu warisan teknologi tepat guna bagi Desa Puhti yang bermanfaat dalam jangka panjang. Lebih dari sekadar inovasi teknis, program ini membuktikan bahwa pendekatan kreatif dan kolaborasi dengan masyarakat mampu menghasilkan solusi nyata bagi permasalahan di tingkat desa. (*red)